Jumat, 19 November 2010

BARANG RUSAK

Percaya dech kalau kebanyakan dari kita kalo diberi barang rusak pasti jawabnya no way, enak aza, emangnya kita tempat pembuangan sampah? Barang rusak, apa bagusnya? Dipakai juga kagak bisa. Dilihat juga susah, bagusnya dimana, barang rusak kan biasanya bentuknya juga udah babak belur.

Barang rusak cuman cukup berharga bagi kolektor benda-benda antik, atau bagian dari barang rusak itu masih bisa dipakai (misalnya motor atau mobil rusak, onderdilnya mungkin masih bisa dipakai buat motor atau mobil laen). Selaen itu barang rusak adalah calon penghuni tong sampah alias dibuang, kagak pernah ada lagi orang yang pengen mengambilnya.

Anda tentu belom kenal dengan Jenny. Ce satu ini baru dua tahun es em a, mau masuk ke universitas tetapi entah kenapa sampai saat itu belom melanjutkan studinya sebagai mahasiswi. Jenny sering ke gereja, tetapi dia di gereja mempunyai bakat sebagai komentator (mungkin dia bakat bekerja sebagai komentator di televisi swasta atau radio) dan pengkritik yang banyak jemaat laen menjuluki Jenny sebagai bibir nyinyir. Suka membicarakan kesalahan orang laen. Dari hamba Tuhan di gereja, jemaat, pengurus sampe petugas kebersihan gereja, semua pernah dikritik dan dicelanya (mungkin pikirnya semua harus dapat bagian, itu baru adil namanya).

Jenny masih belum menjadi pekerja gereja, tetapi cuman pengunjung dengan dandanan pakaiannya yang super seronok. Sampai semua jemaat sudah bosan membicarakan cara pakaian Jenny. Hamba Tuhan sudah kehabisan kata teguran untuk Jenny. Setiap jemaat yang hendak mendekati Jenny untuk mengajak dia berbicara atau memberitahu sesuatu pasti akan menjadi bahan pembicaraan Jenny. Sehingga tidak ada satu pun jemaat yang mau mendekati Jenny lagi.

Jenny dari keluarga berantakan. Ayahnya suka menyiksa Jenny. Dan suka mabuk-mabukan sampai menjadi langganan keluar masuk penjara. Ibu Jenny hanya membiarkan Jenny disiksa, karena ancaman dari suaminya yang tidak akan memberi uang untuk kebutuhan keluarga. Karena begitu miskinnya, ibu Jenny sampai rela 'menjual' Jenny menjadi pacar seorang pengedar narkoba dengan imbalan uang yang diberikan kepada ibu Jenny. Maka tidak heran Jenny menjadi korban kekerasan dan tekanan dalam rumah tangganya yang akhirnya dibawa ke dalam gereja. Dan paling menyakitkan Jenny harus mau melayani pria-pria hidung belang, karena ancaman pacarnya.

Jenny merasa aman di gereja karena tak ada seorang pun yang berani melawannya. Karena rasa pahit dan kekesalannya maka dia selalu mengkritik dan mencela banyak orang. Tidak sedikit jemaat yang tahu akan latar belakang hidup Jenny, maka mereka hanya membiarkan Jenny di gereja tanpa berbuat apa-apa. Jenny selalu datang pada waktu kotbah telah selesai dan kebaktian hampir selesai. Setelah itu dia dapat menyalurkan bakat terpendamnya tersebut.

Entah ada angin apa, apakah kebetulan jika suatu saat Jenny datang ke gereja pas pendeta masih berkotbah. Dan dia duduk di bangku paling belakang, masih dengan dandanan seksi dan seronoknya itu. Membuat jemaat yang asyik mendengar kotbah harus memalingkan wajah mereka dari pandangan yang menghebohkan itu.

Kotbah anak yang hilang, dan pendeta mengatakan meski di gereja banyak orang yang munafik tetapi Allah mengasihi manusia yang berdosa dan menawarkan keselamatan yang kekal melalui anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus. Semua wajah dan mata menoleh ke arah suara tangisan yang berasal dari bangku belakang. Jenny menangis dan mengangkat tangannya untuk mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadinya.

Bicara barang rusak, Jenny masuk kategori barang rusak. Apa yang dapat diharapkan dari hidupnya yang sudah berantakan itu. Mungkin selama hidupnya dia hanya berputar-putar begitu saja. Barang rusak yang calon masuk tong sampah. Tinggal waktunya untuk dibuang. Tak ada gunanya.

Tetapi Allah kita itu sungguh Allah yang hidup. Allah pencipta. Barang yang rusak dapat dibuatnya baru kembali. Menjadi barang yang baik dan bagus berguna bagi-Nya. Kita semua adalah barang yang rusak. Yang tinggal waktunya menjadi penghuni tong sampah. Yang tak pernah dapat digunakan lagi. Tetapi oleh karena anugerah Allah, Allah mengasihi kita. Dia menjadikan kita barang yang baru. Menjadi ciptaan yang baru. Hidup baru yang memuliakan nama Yesus. Allah masih memakai barang yang rusak itu untuk menjadi saluran berkat.

Jenny bertobat menerima Kristus. Minggu berikutnya dia datang kembali ke kebaktian mendengarkan kotbah. Hidupnya pelan tapi pasti telah diubahkan. Tidak sedikit jemaat yang meragukan perubahan hidup Jenny. Tetapi Roh Kudus telah bekerja dalam hatinya. Banyak mulut jemaat memuji Tuhan atas perubahan hidup Jenny.

Berita Jenny menjadi Kristen mendapat tantangan dari keluarganya, yang mengancam Jenny supaya meninggalkan kekristenannya. Dengan pertolongan Tuhan, Jenny tetap berteguh untuk menjadi anak Tuhan. Hasilnya Jenny pun harus diusir dari rumahnya.

Jenny yang dulu suka mengkritik dan mencela jemaat gereja, kini melalui bibirnya keluar pujian dan berkat bagi banyak orang. Tak ada yang mustahil bagi Allah untuk memutar balik kehidupan Jenny dari pencela orang Kristen kini menjadi pembela Kristus. Barang yang rusak telah diganti menjadi baru.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

sumber : Peter Purwanegara - http://www.glorianet.org

Read More......

PERUMPAMAAN TENTANG ANAK - ANAK YANG HILANG

Sebuah lukisan tergantung dalam sebuah ruangan di biara St. Petersburg, Rusia. Lukisan tersebut diselesaikan oleh Rembrant pada abad ke 17 dan diberi judul “Kembalinya si Anak Hilang (The Return of the Prodigal Son)”. Di dalam lukisan itu terlihat seorang bapak dengan mantel berwarna merah, membungkuk dan dengan lembut menyentuh bahu seorang anak muda gundul, dan compang-camping yang berlutut di hadapannya. Satu lukisan yang memberikan gambaran yang sangat hidup tentang perjumpaan sang bapa yang menerima kembali si bungsu yang hilang (Luk. 15:11-32).
Namun ada satu hal yang amat menarik dari lukisan itu, bahwa dalam lukisan ini si sulung dihadirkan di sebelah sang bapa dan si bungsu yang digambarkan sebagai pribadi yang angkuh dan memandang sinis kedatangan adiknya. Padahal jelas perumpamaan ini mengajarkan bahwa si sulung tidak hadir ketika adiknya pulang sebab ia sedang bekerja di ladang (Luk. 15:25). Tetapi mengapa si sulung dihadirkan di situ oleh Rembrant? Rupanya Rembrant menangkap esensi dari perumpamaan tersebut bahwa anak yang hilang itu bukan hanya si bungsu yang pergi meninggalkan rumah dan berfoya-foya, namun, si sulung pun ternyata juga hilang di rumahnya sendiri. Suatu hal yang memang sangat ironis.

Tapi itulah kenyataannya. Si sulung meskipun dia hidup secara fisik dekat dengan sang bapa tetapi sesungguhnya ia jauh dan terhilang karena ia tidak merasa memiliki dan dimiliki di rumahnya (Luk. 15:31). Secara lahiriah ia melakukan segala sesuatu yang biasanya dikerjakan oleh anak yang baik, tetapi di dalam batinnya, ia pergi jauh dari bapanya. Dengan mengatakan perkataan, “telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku, si sulung melakukan ketaatan dan kewajiban sebagai beban, dan pelayanan sebagai perbudakan.

Mungkin kita seperti si sulung yang terhilang di rumah sendiri karena kita tidak memiliki hubungan yang dekat dengan Bapa meskipun secara fisik kita aktif melayani. Atau mungkin kita sibuk melayani tapi merasa pelayanan itu sebagai beban dan perbudakan.

sumber : Pancha Wiguna Yahya-http://www.glorianet.org

Read More......