Minggu, 26 September 2010

BERPIKIR SEDERHANA


Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat kehutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar,yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jarring penjerat, tetapi menunggu dibalik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.
Tidak lama menunggu, seekor kelelawar besa kesiangan terbang hinggap diatas pohon kecil tepat didepan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, “ untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia disbanding dengan seekor rusa besar yang saya incar ?
Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti didepannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, “Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia.” Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburu mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah….kijang. Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa lewat, sehingga ia tertidur. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, “Rusa…!!!” sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir tinggi-tinggi dan bicaranya pun sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin didalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga.
Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita tentunya perlu mempunyai harapan dan idealism supaya tidak asal tabrak. Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar manusia dengan perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar, dan lagipula tidak ada sesuatu didunia yang perfect yang memenuhi semua idealism kita. Berpikirlah sederhana…!!!

Read More......

Sabtu, 25 September 2010

RASA AMAN YANG PALSU


Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik. Yesaya 48:22. Burung Kasuari termasuk jenis burung yang besar. Burung itu tidak kuat terbang , namun mempunyai keistimewaan, larinya cepat. Dengan larinya yang cepat itu burung kasuari dapat menghindarkan diri dari bahaya
Pada waktu dikejar oleh musuhnya kasuari itu dapat menyembunyikan dirinya disemak-semak namun sayang burung itu hanya dapat menyembunyikan kepalanya yang kecil itu dalam semak-semak duri tetapi badannya yang besar itu tetap dapat dilihat oleh pengejarnya. Dengan menyembunyikan kepalanya burung itu seolah-olah merasa aman, namun sebenarnya hal itu memudahkan si pengejar untuk menangkap.
Rasa aman yang dialami oleh kasuari itu sebenarnya adalah rasa aman yang palsu. Jika ada orang merasa dapat menyembunyikan dosa dan kejahatannya mungkin ia terhibur karena merasa aman, karena tidak ada orang mengetahui jejaknya. Namun itu sebenarnya adalah rasa aman yang palsu sebab dosanya itu diketahui oleh suara hati nuraninya sendiri dan Tuhan pun akan mengejarnya terus. Rasa aman yang dialami oleh orang fasik adalah rasa aman yang tidak aman dengan sesungguhnya seperti yang dialami oleh burung kasuari itu.

Read More......

ANAK ANJING


Seorang petani mempunyai beberapa anak anjing yang akan dijualnya. Dia menulisi papan untuk mengiklankan anak-anak anjing tersebut, dan memakukannya pada tiang dipinggir halamannya.
Ketika dia sedang dalam perjalanan untuk memasangnya, dia merasakan tarikan pada bajunya. Dia memandang ke bawah dan bertemu mata dengan seorang anak laki-laki kecil. "Tuan", anak itu berkata, "saya ingin membeli salah satu anak anjing anda."
"Yah...", kata si petani, sambil mengusap keringat di lehernya, "Anak-anak anjing ini berasal dari keturunan yang bagus dan cukup mahal harganya."
Anak itu tertunduk sejenak, kemudian merogoh kedalam saku bajunya, ia menarik segenggam uang receh dan menunjukkannya kepada si petani. "Saya punya tiga puluh sembilan sen. Apakah ini cukup untuk membelinya?" "Tentu....", kata si petani yang kemudian bersiul" Dolly, kemari..! panggilnya. Dolly keluar dari rumah anjingnya dan berlari turun diikuti oleh anak-anaknya.
Si anak laki-laki tersebut menempelkan wajahnya ke pagar, matanya bersinar-sinar. Sementara anjing-anjing tersebut berlarian menuju pagar, perhatian anak laki-laki tersebut beralih pada sesuatu yang bergerak di rumah anjing. Perlahan keluarlah seekor anak anjing, lebih kecil dari yang lain. Ia berlari menuruni lereng dan terpeleset. Kemudian dengan terpincang-pincang berlari, berusaha menyusul yang lain.
"Aku mau yang itu...", kata si anak, menunjuk pada anak anjing yang kecil. Sang petani berjongkok disampingnya dan berkata, "Nak..., kau tidak mau anak anjing yang itu , dia tidak bisa berlari dan bermain bersamamu seperti yang bisa dilakukan anak-anak anjing lainnya".
Anak itu melangkah menjauh dari pagar, meraih ke bawah, menggulung celana disalah satu kakinya, memperlihatkan penguat kaki dari logam yang melingkari kakinya hingga sepatu yang dibuat khusus untuknya. Ia memandang sang petani, dan berkata," Anda lihat, tuan, saya juga tidak bisa berlari, dan anak anjing itu memerlukan seseorang yang memahaminya."
Dunia penuh dengan orang-orang yang memerlukan orang lain yang mau memahaminya.

Read More......